Berkarya Bersama Hati
"Berkarya bersama hati, kita ini insan bukan seekor sapi"
Setidaknya penggalangan lirik milik Fourtwnty ingin menegaskan bahwa yang membedakan manusia dan hewan itu adalah karya.
Jujur, penulis pribadi sedikit tersindir dengan lirik ini. Sebab kita sebagai manusia yang diciptakan dengan ciptaan paling baik lagi sempurna, tetapi tidak memaksimalkan setiap potensi yang ada dan pada akhirnya (maaf) sama seperti hewan.
Hari-hari yang diisi dengan mencari uang, beli makan, kemudian tidur, begitu seterusnya, hewan juga melakukan hal yang sama. Hanya saja hewan tidak mencari uang, tapi pada akhirnya sama, yaitu memenuhi kebutuhan perut.
Sedih rasanya dengan berbagai potensi yang dimiliki, namun sedikit sekali memberikan bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun kepada orang lain.
Berkaitan dengan hal ini, penulis sempat mendengar sebuah diskusi yang disampaikan oleh Dr rer nat Ilham Maulana, salah seorang akademisi lulusan Jerman di Aceh. Ia berujar, lebah memiliki otak yang kurang dari satu juta neuron (kapasitas memori) saja.Sedangkan otak manusia memiliki kapasitas yang tidak sebanding yaitu 100 miliar neuron.
Malu rasanya dengan lebah yang memiliki jauh lebih sedikit neuron, tetapi bisa memberikan banyak manfaat kepada orang lain melalui madunya. Sedangkan kita sebagai manusia yang sudah diberi alat berupa otak dengan miliaran neuron, tetapi malah lebih banyak banyak menyusahkan orang ketimbang memberi manfaat.
Kembali bicara soal karya. Mustahil sebuah karya tidak memberikan manfaat bagi orang banyak. Kalau tidak memberi namanya bukan karya tapi bencana. Karya menjadikan kreatornya hidup dalam keabadian. Tidak mati dan tidak terikat oleh waktu.
Lihat saja Thomas Alfa Edison dengan lampunya, BJ Habibie dengan dunia teknologi dan dirgantaranya serta masih banyak lagi tokoh-tokoh hebat lain yang telah tiada, tapi karyanya terus dimanfaatkan hingga saat ini dan masa yang akan datang.
Jangan heran bila karya membuat seseorang menjadi lebih kaya, tenar dan mendapat pengakuan. Tapi lebih dari itu, karya bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan dalam Islam tegas menyebutkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni). Dalam Qur'an juga disebutkan, Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (QS. Al-Isra:7). Sekarang, apa alasan kita untuk tidak berkarya?
Karya dan karir
Pernah dengar tentang slogan dilamar kerja, bukan melamar kerja? Ya, orang-orang yang punya karya akan dipanggil dengan sendirinya oleh perusahaan sebab mereka butuh dengan tipe orang-orang yang seperti ini. Di dunia karir, persaingan begitu ketat. Tapi tidak dengan mereka-mereka yang punya karya. Mereka diberi jalur khusus dan diistimewakan menuju ke sana.
Pernah dengar tentang perusahaan top dunia yang tidak lagi melihat ijazah dan IPK? Ya mereka adalah Google, Apple, Intel. Dikitip dari Detikcom (26/4/2018), tiga perusahaan raksasa dunia ini tidak lagi melihat ijazah dan IPK, melainkan karya dan skill kita yang dibutuhkan saat melamar kerja di sana.
Apalagi dengan karya bisa memberikan peluang kerja bagi banyak orang seperti halnya Belva dengan Ruangguru-nya, Nadiem Makarim dengan GoJek-nya dan masih banyak lagi tokoh-tokoh muda dengan karya mereka yang bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri, melainkan jadi keberkahan bagi jutaan orang di Indonesia.
Dengan karya membuat seseorang menjadi lebih berarti dan berguna bagi orang lain. Karya yang membuat kita menjadi berbeda dari masa ke masa. Dengan demikian, rangkaian kata singkat ini semoga senantiasa menjadi pengingat bagi penulis pribadi maupun teman-teman yang membaca di luar sana.
Menutup tulisan ini, ayo sahabat, mari berkarya. Sebab kita insan, bukan seekor sapi. Mulai dari apa yang kamu bisa, apa yang kamu miliki dan apa yang kamu impikan. Melesatlah lebih jauh sebagai manusia dan berusaha keras memanusiakan manusia lain melalui karya-karya kita yang hebat nantinya. Selamat berkarya!
Berkaitan dengan hal ini, penulis sempat mendengar sebuah diskusi yang disampaikan oleh Dr rer nat Ilham Maulana, salah seorang akademisi lulusan Jerman di Aceh. Ia berujar, lebah memiliki otak yang kurang dari satu juta neuron (kapasitas memori) saja.Sedangkan otak manusia memiliki kapasitas yang tidak sebanding yaitu 100 miliar neuron.
Malu rasanya dengan lebah yang memiliki jauh lebih sedikit neuron, tetapi bisa memberikan banyak manfaat kepada orang lain melalui madunya. Sedangkan kita sebagai manusia yang sudah diberi alat berupa otak dengan miliaran neuron, tetapi malah lebih banyak banyak menyusahkan orang ketimbang memberi manfaat.
Kembali bicara soal karya. Mustahil sebuah karya tidak memberikan manfaat bagi orang banyak. Kalau tidak memberi namanya bukan karya tapi bencana. Karya menjadikan kreatornya hidup dalam keabadian. Tidak mati dan tidak terikat oleh waktu.
Lihat saja Thomas Alfa Edison dengan lampunya, BJ Habibie dengan dunia teknologi dan dirgantaranya serta masih banyak lagi tokoh-tokoh hebat lain yang telah tiada, tapi karyanya terus dimanfaatkan hingga saat ini dan masa yang akan datang.
Karya membuat kita menjadi berbeda di lingkungan manapun. Baik di kampus, kantor, komunitas dan lain sebagainya, seorang kreator akan dipandang istimewa dibandingkan mereka yang tidak mau berkarya.
Jangan heran bila karya membuat seseorang menjadi lebih kaya, tenar dan mendapat pengakuan. Tapi lebih dari itu, karya bisa memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Bahkan dalam Islam tegas menyebutkan bahwa sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni). Dalam Qur'an juga disebutkan, Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri (QS. Al-Isra:7). Sekarang, apa alasan kita untuk tidak berkarya?
Karya dan karir
Pernah dengar tentang slogan dilamar kerja, bukan melamar kerja? Ya, orang-orang yang punya karya akan dipanggil dengan sendirinya oleh perusahaan sebab mereka butuh dengan tipe orang-orang yang seperti ini. Di dunia karir, persaingan begitu ketat. Tapi tidak dengan mereka-mereka yang punya karya. Mereka diberi jalur khusus dan diistimewakan menuju ke sana.
Pernah dengar tentang perusahaan top dunia yang tidak lagi melihat ijazah dan IPK? Ya mereka adalah Google, Apple, Intel. Dikitip dari Detikcom (26/4/2018), tiga perusahaan raksasa dunia ini tidak lagi melihat ijazah dan IPK, melainkan karya dan skill kita yang dibutuhkan saat melamar kerja di sana.
Apalagi dengan karya bisa memberikan peluang kerja bagi banyak orang seperti halnya Belva dengan Ruangguru-nya, Nadiem Makarim dengan GoJek-nya dan masih banyak lagi tokoh-tokoh muda dengan karya mereka yang bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri, melainkan jadi keberkahan bagi jutaan orang di Indonesia.
Dengan karya membuat seseorang menjadi lebih berarti dan berguna bagi orang lain. Karya yang membuat kita menjadi berbeda dari masa ke masa. Dengan demikian, rangkaian kata singkat ini semoga senantiasa menjadi pengingat bagi penulis pribadi maupun teman-teman yang membaca di luar sana.
Menutup tulisan ini, ayo sahabat, mari berkarya. Sebab kita insan, bukan seekor sapi. Mulai dari apa yang kamu bisa, apa yang kamu miliki dan apa yang kamu impikan. Melesatlah lebih jauh sebagai manusia dan berusaha keras memanusiakan manusia lain melalui karya-karya kita yang hebat nantinya. Selamat berkarya!
Post a Comment for "Berkarya Bersama Hati"
Post a Comment