Widget HTML #1

Nyicil Gagal

Aula Andika Fikrullah Al Balad, mahasiswa Lehigh University, Amerika Serikat yang ditolak 53 kali saat melamar beasiswa. Foto: Instagram @fa_aula

Setiap manusia pada dasarnya punya jatah gagal masing-masing. Misal, saya digariskan punya jatah gagal sebanyak 150 kali. Maka jatah gagal itu wajib dihabiskan sebelum sampai pada titik pencapaian dan kesuksesan yang diimpikan. Kini yang jadi pertanyaannya, apakah kita sudah siap menghabiskan jatah gagal itu sejak dini? Atau saat tua saja. 

Pada akhirnya setiap pilihan terpulang pada diri kita masing-masing. Namun harapannya, jangan biarkan diri ini melahap jatah gagal itu ketika sudah tua nanti. Masa tua adalah masa menikmati semua kerja keras dan pencapaian selama ini, bukan malah mulai nyicil jatah gagal saat dimana orang-orang sudah berada di titik pencapaian. Masa muda, inilah saatnya melahap jatah gagal itu dan pada titiknya nanti, semua tinggal menikmati saja.

Gagal adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah pencapaian menuju puncak kesuksesan. Lihat saja tokoh-tokoh hebat seperti Thomas Alfa Edison, Bill Gates dan sederet tokoh lain yang kita sendiri sudah berkali-kali membaca kisah gagal mereka, baru kemudian berhasil bukan hanya mengubah hidup sendiri tetapi juga mampu mengubah hidup banyak orang. 

Di tulisan singkat ini, izinkan saya menceritakan seorang teman dari Aceh. Teman saya satu ini sempat gagal sebanyak 53 kali saat melamar beasiswa dan pada akhirnya diterima pada percobaan ke 54 melalui beasiswa USAID Prestasi.

Dia adalah Aula Andika Fikrullah Al Balad. Berasal dari sebuah kampung bernama Lampasi Engking, Darul Imarah, Aceh Besar, kini sedang menjalankan studi di Lehigh University, Bethlehem, Amerika Serikat (Serambinewscom, 2018).

Sebuah perjalanan panjang seorang anak tukang sayur menyicil satu demi satu kegagalan hingga 53 kali dan pada akhirnya sampai pula pada titik yang diimpikan. Dia pernah sedih? Tentu. Sakit hati? Ya. Tetapi bedanya, dia tidak mau berlama-lama dalam kondisi itu. Andika paham betul bahwa gagal adalah bagian yang tidak mungkin terpisahkan dari sebuah pencapaian dan kesuksesan.

Instagram @fa_aula

Kita harus belajar dari orang-orang yang tidak berhenti saat gagal sebagaimana kisah Andika dari Aceh dengan beasiswanya dan tokoh-tokoh hebat lain yang berpengaruh serta mengubah hidup banyak orang. Harus percaya bahwa sebuah impian tidak dicapai dengan instan. Ada proses yang harus dilalui, itulah yang disebut gagal dan bangkit. Dua sisi yang tidak boleh dipisahkan dalam perjalanan menuju sebuah pencapaian.

Pepatah lama mengatakan gagal adalah guru terbaik. Alasan ini kuat sekali. Sebab menuju sebuah pencapaian dan kesuksesan memang harus gagal dulu, harus salah dulu. Namun yang membedakan mereka yang meraih kesuksesan dengan mereka yang jalan di tempat adalah kemampuan untuk bangkit serta menjaga semangat awal mengapa harus tetap berjuang.
Penulis merasakan gagal yang paling banyak saat mengirim tulisan ke media cetak (koran) beberapa tahun lalu. Teringat sekali pada tahun 2015 lalu punya impian tulisan saya dimuat di salah satu harian lokal di Aceh (Harian Serambi Indonesia). Sepanjang perjalanan, tulisan saya ditolak selalu. Hampir setiap bulan mengirim tulisan selama tiga tahun, tetapi tidak pernah mendapat jawaban.

Tepat pada Februari 2018 (Hari Pers Nasional) tulisan saya dimuat untuk pertama kalinya di kolom opini Harian Serambi Indonesia. Badan panas dingin sangking senangnya. Hilang nafsu makan hari itu. Bersyukur sekali rasanya. Ajaibnya, tidak hanya satu tulisan yang dimuat di tahun yang sama. Pada bulan Oktober dan November 2018 kembali dimuat di Harian Serambi Indonesia. Tiga tahun gagal sejak 2015 lalu, rasanya terbayarkan dengan tiga opini yang dimuat di tahun 2018 kemarin.

Intinya, kita semua punya jatah gagal yang harus dihabiskan menuju sebuah pencapaian dan kesuksesan. Entah berapapun itu jumlahnya, habiskan. Kita tidak punya hak memaksa orang lain bekerja lebih serius atau berusaha lebih keras lagi terhadap sebuah pencapaian. Namun setidaknya kita punya hak memaksa diri sendiri untuk lebih keras lagi menuju sebuah pencapaian yang kita impikan, melampaui keterbatasan dengan segala yang kita miliki saat ini. 

Sebuah postingan CR7 yang caption-nya sangat menyentuh penulis. Isinya lebih kurang seperti ini, "Kegigihan dan kesabaran adalah yang membedakan mereka yang profesional dan amatiran". Ya, syarat utama sukses itu adalah gagal yang di dalamnya satu paket dengan kegigihan dan kesabaran. Sebab gagal mengajarkan kita bagaimana cara bangkit, terbang lebih tinggi dan melesat lebih jauh. 

Menyerah di tengah perjalanan adalah cerita akhir yang kerap ditempu oleh orang-orang pada umumnya. Padahal bisa jadi, andai sedikit saja lagi lebih sabar dan gigih maka tembok penghalang menuju sebuah pencapaian itu akan segera roboh dan kita segera berdiri di sana. Memaksa diri untuk melampaui keterbatasan. Namun jangan lupa pula berikan reward saat diri mencapai sesuatu yang diimpikan. Pola seperti ini jika diterapkan kelak memudahkan kita menuju mimpi-mimpi yang selama ini hanya dalam angan, kini menjadi sebuah kenyataan dan pencapaian.

Dengan demikian, penulis mengingatkan terutama untuk diri sendiri, kemudian untuk para pembaca sekalian agar terus berjuang terhadap mimpi-mimpinya dengan menyicil jatah gagal itu sejak dini sebagaimana yang telah dipersyaratkan menuju sebuah pencapaian dan kesuksesan nantinya.

Pada akhirnya, sebuah proses menuju pencapaian yang diimpikan memang sangat menyakitkan. Harus jatuh bangun. Siap menangis dan dicela. Siap ditertawakan dan dijatuhkan. Namun bukankah mutiara juga melakukan hal yang sama? Harus sakit terkikis pasir di waktu yang lama dan pada akhirnya membentuk sebuah benda yang indah dan berharga. Mutiara itu adalah aku, kamu dan kita. Mari mulai menyicil jatah gagal wahai para calon mutiara!

Post a Comment for "Nyicil Gagal"