Widget HTML #1

Pengentasan Kemiskinan, Gerakan Sederhana dan Kita


Setiap 17 Oktober diperingati Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional. Mengawali tulisan ini, mari bertanya kembali. Sudah berapa peduli kah kita terhadap jeritan kemiskinan di lingkungan sekitar kita? Atau selama ini cuma hebat kritik pemerintah dan urun angan semata?

Bosan rasanya membaca rilis Badan Pusat Statistik (BPS) tentang angka kemiskinan di Indonesia (9,41 persen per Maret 2019) atau rilis United Nations Development Programs (UNDP) yang menyebut tingkat kemiskinan Indonesia berada di 7,0 persen pada tahun 2019. Terjadi penurunan, namun kemiskinan masih merajalela di mana-mana. 

Melalui tulisan singkat ini penulis ingin menyentuh beberapa kisah kecil sederhana, namun sangat sarat makna terhadap pengentasan kemiskinan sebagaimana yang digembar-gemborkan PBB melalui Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 atau slogan Presiden Jokowi Dodo " SDM Unggul, Indonesia Maju" yang semuanya bermuara pada pengentasan kemiskinan.

Gerakan kecil

Sebuah komunitas di Medan bernama Kopanasbung (Komunitas Pemuda Nasi Bungkus) setiap pekannya di hari Jum'at mereka membagikan puluhan bahkan ratusan nasi bungkus kepada orang miskin dan kurang mampu, baik di pinggir jalan maupun ke pedalaman.

Didirikan 2016 lalu, slogan mereka mulia sekali yaitu "Memberantas kelaparan di Medan, di Indonesia, di Dunia". Komunitas ini terus menggalang dana tanpa mengganggunya sepeserpun untuk kepentingan pribadi dengan harapan bisa membagikan nasi bungkus setiap pekannya kepada masyarakat miskin. 

Komunitas ini menyebar virus kebaikan hingga ke Aceh dan berbagai pelosok negeri di Indonesia. Kebahagiaan mereka sederhana, bisa melihat orang miskin makan lahap walau hanya sekali. Sebab komunitas ini pindah-pindah tempat dan hanya bisa melakukan aksi yang sama pada pekan berikutnya.

Pindah dari komunitas nasi bungkus ke komunitas bangun rumah. Penggegasnya adalah Edi Fadhil. Orang biasa yang bukan siapa-siapa, tapi gerakannya sejak 2015 lalu bersama Cet Langet Rumoh sudah mengubah 62 rumah kumuh menjadi bangunan layak kepada masyarakat miskin di Aceh, (Husna, 2019).
Ia menggerakkan hati orang-orang melalui postingan Facebook miliknya. Para netizen ditantang untuk like postingan rumah yang ingin dibantu dengan membayar Rp 50 ribu. Selanjutnya, like dan komen diharuskan membayar Rp 100 ribu. Dan ide gilanya kini dirasakan langsung oleh masyarakat miskin yang mendapat sentuhannya dari banyak donatur di seluruh negeri.

Selanjutnya di bidang pendidikan dan sumber daya manusia (SDM), ada Azwir Nazar bersama Yayasan Cahaya Aceh (CA) miliknya. Lulusan alumnus Doktoral Haccetepe University Ankara, Turki itu membangun sebuah taman edukasi dengan slogan "Belajar Gratis, Mengajar Ikhlas". Berdiri tahun 2017 lalu, puluhan guru ia himpunan sebagai relawan dan mengajar 100-an anak didik di Yayasan CA. 

Penulis yang berkesempatan mengunjungi langsung Yayasan CA mulai memutar otak. Jika ada ribuan Azwir di negeri ini, niscaya Indonesia Maju sebagaimana slogan Presiden Jokowi akan lebih cepat tercapai.

Dari hal sederhana

Mengentaskan kemiskinan di Aceh, tempat penulis berada atau di negeri ini tidak boleh dengan mulu-mulu. Kita terlalu banyak berkutat pada teori, tetapi jarang sekali menyentuh langsung ke objek yang dibicarakan. Istilah urun angan di saat kondisi Indonesia seperti sekarang sungguh sangat tidak tepat. Harus bergerak langsung ke lapangan. Semuanya bisa dimulai dari hal-hal kecil, namun bisa langsung dirasakan manfaatnya bagi orang-orang miskin yang layak dibantu dan diselamatkan.

Pada akhirnya, mengakhiri kemiskinan dalam bentuk apapun di seluruh penjuru dunia, sebagaimana satu dari 17 tujuan global SDGs 2030 atau Indonesia Maju sebagaimana slogan Presiden Jokowi, akan benar-benar terwujud jika kita semua saling bahu membahu  mengentaskan kemiskinan dari hal-hal kecil nan sederhana di lingkungan sekitar kita, meluas ke tingkat kabupaten/kota, provinsi hingga se-tanah air nantinya. 

Sekarang yang jadi pertanyaan, sudahkah kita menjadi satu di antara sekian orang yang berada dalam gerakan kecil nan sederhana itu? Atau cuma urun angan? Ayo bergerak! Selamat Hari Pengentasan Kemiskinan Internasional!

Post a Comment for "Pengentasan Kemiskinan, Gerakan Sederhana dan Kita"